Wednesday, July 20, 2011

Yang Terhormat, Bapak/Ibu Panitia Pelaksana SNMPTN 2011 & 2012

Yang Terhormat,
Bapak/Ibu Panitia Penyelenggara SNMPTN 2011 dan 2012
di Tempat

Nama saya Bina, umur saya 18 tahun, dan pada tahun ini saya lulus SMA dan mengikuti SNMPTN. Seperti kebanyakan anak seumuran saya, saya menyimpan mimpi yang sangat besar untuk berkesempatan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri. Mimpi saya bahkan lebih spesifik; saya ingin menjadi mahasiswi Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Mimpi ini sudah saya pegang semenjak saya menjadi murid SMA, pada tahun 2008. Pada waktu itu, ujian masuk FSRD ITB dilaksanakan melalui jalur USM (Ujian Saringan Mandiri) dengan materi tes gambar suasana, bahasa Inggris, dan psikotes.
Beranjak ke tahun 2009, saya naik ke kelas XI. Saya memilih penjurusan IPA. Dalam rangka menyiapkan diri untuk ujian masuk FSRD ITB, saya membekali diri dengan mengikuti bimbingan belajar seni rupa di daerah Gandaria, Jakarta Selatan. Suatu tempat yang lumayan jauh dari rumah saya yang terletak di Tambun, Bekasi Timur. Saya bersyukur memiliki orangtua yang suportif dan berkecukupan, sehingga dengan kemampuan mereka saya beruntung dapat mempersiapkan diri lebih cepat. Sampai saat itu, ujian masuk FSRD ITB masih tes gambar suasana, bahasa Inggris, dan psikotes.
Lalu saya naik ke kelas 3. Tiba-tiba FSRD masuk ke jalur SNMPTN program studi IPS disertai tes gambar. Perbandingan skor ujian mata pelajaran IPS: tes gambar adalah 40:60. Saya yang sudah dari kelas X ingin masuk FSRD dan terlanjur masuk IPA, hanya bisa lemas dan pasrah. Meskipun menurut saya agak kurang tepat jika ada anak yang mau belajar seni rupa tapi dites pelajaran ekonomi. Sebenarnya ada jalur SNMPTN undangan yang hanya mensyaratkan nilai rapor dan prestasi di atas rata-rata, tapi FSRD ITB hanya menerima mahasiswa melalui jalur tersebut sebanyak 48 anak, dan saya tidak termasuk dalam 48 anak itu.
Kemudian tiba hari-H SNMPTN. Tes IPS dilaksanakan terlebih dahulu tanggal 31 Mei – 1 Juni 2011, disambung tes gambar pada tanggal 3 – 4 Juni 2011. Melalui website http://www.itb.ac.id/usm-itb/keterampilan.htm dan twitter http://twitter.com/#!/masukitb/status/71910109504208896 diinformasikan bahwa ujian keterampilan (tes gambar) akan dan harus dilaksanakan di ITB. Beberapa teman memberitahu bahwa untuk masuk fakultas seni rupa tidak perlu tes langsung di PTN yang diinginkan, tapi bisa memilih lokasi di PTN terdekat yang memiliki fakultas seni rupa. Untuk domisili Jakarta, PTN yang dapat dijadikan alternatif adalah UNJ yang terletak di Rawamangun. Tapi untuk mencari aman, saya memilih lokasi langsung di FSRD ITB, Jalan Ganesha Bandung. Saya berangkat menggunakan travel paling pagi, dan pulang dengan travel paling malam, sendirian.
Tes keterampilan di UNJ dilaksanakan lebih dahulu daripada tes keterampilan di ITB. Saat saya sudah tiba di ITB, teman saya yang mengikuti tes keterampilan di UNJ mengirimkan SMS bernada panik yang berkata bahwa soal tesnya beda dari soal-soal tes tahun sebelumnya. Bila di tahun-tahun sebelumnya materi tes masuk FSRD adalah soal untuk menggambarkan suasana suatu kejadian yang melibatkan banyak orang, soal tes gambar yang diikuti oleh teman saya adalah menggambar kaleng kerupuk, topi petani, dan toples.” Saya dan teman-teman yang lain bingung. Apalagi ketika saya mulai tes keterampilan di ITB, soal yang saya dapat berbeda dengan soal tes keterampilan UNJ. Soal yang saya dapat meminta saya untuk menggambar suasana paska pertandingan bola, lengkap dengan ekspresi penonton, pintu keluar yang dijejali manusia, atribut-atribut suporter, dan kendaraan umum yang penuh. Menurut saya dan teman-teman saya, bobot soal yang diberikan UNJ dan ITB terlampau jauh bedanya untuk soal tes masuk ke satu fakultas yang sama. Asumsi kami waktu itu adalah yang tes di UNJ akan dinyatakan gugur dari tes masuk FSRD ITB.
Lalu tibalah kemarin. Pengumuman hasil SNMPTN 2011 yang dijadwalkan muncul hari ini dimajukan menjadi kemarin (29/6) pukul 17.00 WIB melalui website http://ujian.snmptn.ac.id/login.php, http://snmptn.its.ac.id/, atau http://snmptn.itb.ac.id .
Saya tidak diterima.
Teman-teman seperjuangan saya yang terdekat juga tidak.
Kemudian kami mendapat kabar bahwa salah satu teman dari kami lolos FSRD ITB melalui jalur SNMPTN tertulis — dan dia mengikuti tes keterampilan di UNJ.
Gambar ratusan orang penonton pertandingan sepak bola kami ditolak oleh FSRD ITB, sementara ia menerima orang lain yang menggambar kaleng kerupuk.
Mungkin saya yang terlalu naïf, mungkin menggambar kaleng kerupuk punya bobot nilai transparan yang tidak ditangkap oleh mata saya dan teman-teman saya. Mungkin yang diterima melalui gambar kaleng kerupuknya sudah berusaha lebih keras dari saya, mungkin jumlah mereka sangat sedikit.
Saya tahu seharusnya saya ikhlas, mimpi saya sudah hancur berkeping-keping, yang harus saya lakukan sekarang adalah mengumpulkan pecahan-pecahannya kemudian melangkah ke depan. Saya tahu saya tidak boleh sedih gundah gulana berlarut-larut, karena saya tahu saya beruntung. Beruntung masih bisa kuliah, dinafkahi orangtua, memiliki orangtua yang tidak otoriter dan memaksa saya masuk jurusan-jurusan seperti teknik atau kedokteran dan tetap mendukung cita-cita saya menjadi desainer grafis merangkap seniman. Saya beruntung bisa melihat teman-teman saya yang lain tidak merasa kecewa seperti saya, saya beruntung memiliki teman-teman yang langsung menghibur saya begitu tahu saya patah hati. Syukur Alhamdulillah dan puji kepada Allah SWT untuk itu semua.
Tapi saya sudah mengagumi FSRD ITB dari dulu. Saya bertemu banyak orang-orang hebat karena mimpi saya untuk bisa masuk ke fakultas ini. Setiap goresan pensil saat saya latihan menggambar adalah bismillah saya. Mungkin saya berlebihan, tapi jujur saya belum pernah menginginkan sesuatu sebesar ini, sebesar mimpi saya untuk menjadi mahasiswi fakultas ini. Saya datang ke pasar seni, saya menonton, membaca, dan tersenyum melihat liputan-liputan arak-arakan wisuda yang dilaksanakan oleh kakak-kakak TPB FSRD ITB 2010.
Saya ingin menjadi bagian dari mereka.
Mungkin saya kurang berusaha, kurang berkorban, kurang jago menggambar, kurang kreatif. Tapi yang saya tahu, saya kurang beruntung. Mungkin pandangan saya yang terlalu dangkal, mungkin menggambar kaleng kerupuk sama sulitnya dengan menggambar pertandingan bola, tapi menurut saya ada dua tipe soal yang berbeda untuk masuk satu fakultas yang sama itu tidak adil. Tiba-tiba memberi tes masuk pelajaran IPS saat saya terlanjur masuk IPA juga tidak adil.
Pesan saya untuk bapak-ibu pelaksana SNMPTN 2012 nanti, tolong beri informasi yang jelas sekali kepada adik-adik saya. Supaya tidak ada lagi saya yang berikutnya. Tidak usah ada lagi yang jauh-jauh pulang-pergi 3 jam sendirian ke luar kota padahal sebenarnya bisa tes di tempat yang jaraknya cuma 30 menit, sebelah SMA almamater sendiri pula. Maaf kalau saya cengeng, tapi coba bapak-ibu tempatkan diri di posisi saya, atau orangtua saya. Tolong jangan mengubah peraturan hanya beberapa bulan sebelum ujian dilaksanakan, karena mempersiapkan diri untuk SNMPTN butuh lebih dari sekedar ‘berbulan-bulan’.
Sekarang saya sudah ikhlas, tapi kalau saya masih penasaran gambar kaleng kerupuk mereka sebagus apa, wajar kan?


sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2011/06/30/yang-terhormat-bapakibu-panitia-pelaksana-snmptn-2011-2012/

No comments:

Post a Comment